MUHAMMAD NUR REZKI

Kamis, 21 September 2017

Kejang Demam

Kejang Demam
A.                Definisi Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 derajat C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik  lain) (1). Kejang disertai demam pada bayi yang berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam (2).
Keterangan:
1.      Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit atau metabolik lainnya
2.      Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam
3.      Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali.
National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.
4.      Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk dalam kejang neonates (3)
5.      Berdasarkan saraf anak tahun 2005, Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam (1).
B.     Klasifikasi Kejang Demam
1.      Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
-          Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit
-          Umumnya akan berhenti sendiri
-          Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal
-          Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2.      Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
-          Kejang lama > 15 menit
-          Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
-          Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (4).
C.                Etiologi
Terdapat 3 faktor penyebab kejang demam, yaitu
1.      Imaturitas otak dan termoregulator
2.      Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat
3.      Predisposisi genetik; >7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan) (2).
D.                Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun (4).
E.                 Patofisiologi
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetic (4).
F.                 Diagnosis
1.      Anamnesis
-          Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, dan lama kejang
-          Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak paska kejang, penyebab di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran nafas akut/ ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)
-          Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam, dan epilepsi dalam keluarga
-          Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia) (2).
2.      Pemeriksaan Fisik
-          Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran?, suhu tubuh: apakah terdapat demam?
-          Tanda rangsang meningeal: Kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernique, Laseque
-          Pemeriksaan nerus kranial
-          Tanda peningkatan tekanan intrakranial: Ubun-ubun besar menonjol (UUB), pupil edema
-          Tanda infeksi di luar SSP: ISPA, ISK, OMA, dll
-          Pemeriksaan neurologis: Tonus, motorik, reflek fisiologis, dan reflek patologis (2).
3.      Pemeriksaan Penunjang
-          Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi: darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses
-          Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis Pada  bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis  meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a.       Bayi kurang dari 12 bulan: sangat dianjurkan dilakukan
b.      Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan
c.       Bayi > 18 bulan: tidak rutin dilakukan
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal (1).
4.      Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal (2).
5.      Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
a.       Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali, spasitisitas)
b.      Paresis nervus VI
c.       Papiledema (1).
G.                Diagnosis Banding
-          Meningitis
-          Ensefalitis
-          Abses Otak (4).
H.                Tatalaksana
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme tatalaksana kejang. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat demam berupa:
-          Antipiretik
Paracetamol 10-15mg/kgbb/kali diberikan 4 kali dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10mg/kgbb/kali, 3-4 kali sehari
-          Anti Kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3mg/kgbb setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5mg/kgbb setiap 8 jam pada saat suhu tubuh > 38,5oC. terdapat efek samping berupa ataksis, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus
-          Pengobatan Jangka Panjang atau rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut:
a.       Kejang lama >15 menit
b.      Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang: hemiparesis, paresis Todd, serebral palsi, retardasi mental, hidosefalus
c.       Kejang fokal
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika:
a.       Kejang berulang 2 kali/ lebih dalam 24 jam
b.      Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
c.       Kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Obat untuk pengobatan jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgbb/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproate (dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis) pemberian obat ini efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejan, kemudian diberikan secara bertahap selama 1-2 bulan (2).
I.                   Indikasi Rawat Inap
-          Kejang demam kompleks
-          Hiperpireksia
-          Usia dibawah 6 bulan
-          Kejang demam pertama kali
-          Terdapat kelainan neurologis (2).
J.                  Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangya kejang demam, sebagai berikut:
-          Riwayat kejang demam dalam keluarga
-          Usia kurang dari 12 bulan
-          Temperature yang rendah pada saat kejang
-          Terdapat kelainan neurologis (2).
K.                Prognosis
Prognosis kejang demam apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
1.      Kejang Demam Berulang
2.      Epilepsi
3.      Kelainan Motorik
4.      Gangguan Mental dan Belajar (4).
L.                 Edukasi Pada Orang Tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:
1.      Memberikan pengertian mengenai kejang demam
2.      Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik
3.      Memberitahukan cara penanganan kejang
4.      Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
5.      Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat (3)
6.      Menyuruh orang tua untuk melakukan vaksinasi.
Edukasi pada orang tua mengenai beberapa hal yang harus dikerjakan bila anak kembali kejang, yaitu:
1.      Tetap tenang dan tidak panic
2.      Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3.      Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
4.      Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang
5.      Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
6.      Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua
7.      Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan (3).
Daftar Pustaka
1.      Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta; Badan Penerbit Ikatan Dokter Aanak Indonesia.  2006. p. 1-13.
2.      Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. 2009. p. 150-152.
3.      Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta; Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. p. 1-13.
4.      BAG/SMF ILMU KESEHATAN ANAK. Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi III. Surabaya; Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. 2008. p. 56-58. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar