MUHAMMAD NUR REZKI

Selasa, 23 September 2014

Nyeri Perut



1.      Skenario Pemicu
Tn A(37 tahun) baru pulag dari bekerja di Papua selama 3 bulan. Ia merasa nyeri perut kana atas.
1.1.                         Kata Kunci
·          Laki-laki
·          37 tahun
·          Nyeri perut kanan atas
·          Papua selama 3 bulan
1.2.                          Daftar Pembahasan
1. Penyakit apa yang berhubungan dengan gejala yang dimiliki Tn. A?
2. Apa definisi dan jenis-jenis nyeri perut?
3. Apa efek dari obat-obatan yang diminum Tn. A terhadap kerja hepar?
4. Bagaimana penyebab hepatomegali?
5. Apa saja macam-macam dan penyebab kista pada hepar?
6. Apa pengaruh alkohol terhadap hepar?
7. Bagaimana siklus hidup Echinococcus granulosus?
8. Patofisiologi dari Echinococcus granulosus Cyst?
9. Bagaimana cara mencegah dan apa saja pilihan terapinya?














2.      Status Medik
2.1.                         Identitas Pasien
·         Tn. A (laki-laki) 37 tahun bekerja di pertambangan
2.2.                         Keluhan Utama
·         Nyeri perut kanan atas
2.3.                         Anamnesis
2.3.1.      Riwayat Penyakit Sekarang
·         Nyeri tidak merambat ke lengan atau kaki
·         Abses ditemukan
·         Sesekali minum alkohol ringan
·         Sakit sejak 2bulan, hilang timbul, bertambah nyeri bila ditekan
·         Rasa mual, lelah, seperti flu berat, dan membaik saat minum obat maag dan istirahat
·         BAB sesekali diare, tetapi sembuh sendiri setelah minum obat diare yang dijual bebas.
·         Tidak pernah muntah
2.3.2.      Riwayat Medik Sebelumnya
·         Tidak ada riwayat medik sebelunya
2.3.3.      Riwayat Penyakit Keluarga
·         Tidak ada riwayat penyakit keluarga
2.4.                         Pemeriksaan Fisik
2.4.1.      Umum
·         Suhu 38o, tekanan darah 130/80, nadi 75x/menit, dan lainnya normal
2.4.2.      Lokalis/Khusus
·         Pucat, skelera kuning, tampak sakit
·         Teraba hepatomegali 2cm di bawah arcus costae pada midclavicular line dan ujungnya tajam tetapi nyeri tekan
·         Tidak ada acites
·         Bising usus normal
2.5.                         Pemeriksaan Penunjang
2.5.1.      Laboratorium
·         Hb                : 12
·         SGOT: 105 dan SGPT: 120
·         WBC                        : 11000
·         RBC             : 3,5 juta
·         Hematokrit   : 40%
·         Trombosit     : 225000
·         Differensial countnya normal
·         Urobilin(+) dan Bilirubin 2,5
2.5.2.      Radiologis
·           Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya tumor pada liver yang diduga cystic lession
2.5.3.      Lain-lain
·           Pada pemeriksaan biopsy ditemukan abses hati dikarenakan Echinococcus granulosus
2.6.                         Diagnosis
2.6.1.      Diagnosis Utama
·         Echinococcosis
2.6.2.      Diagnosis Banding
·         Hepatitis akut
2.7.                         Tata Laksana
2.7.1.      Rencana Pemeriksaan Lanjutan
·         Pembedahan dengan melakukan eksisi Echinococcus granulosus cyst
2.7.2.      Rencana Terapi
·         Pembedahan
·         Albendazole dan Mebendazole
·         Jika Alergi diberi antihistamine dan epinephrine
2.7.3.      Rencana Evaluasi
·           Pemantauan hasil biopsi untuk menentukan penyebab munculnya kista pada liver
2.7.4.      Rencana Edukasi/Prevensi
·         Melakukan penyuluhan kesehatan untuk mencegah penyebaran penyakit
2.8. Prognosis
·         Prognosisnya Tn. A membaik dan dapat hidup bertahun-tahun

3.      Pembahasan
3.1.                         Echinococcosis
 Echinococcosis adalah infeksi pada manusia yang disebabkan oleh stadium larva Echinococcus granulosus dan Echinococcus multilocularis (lebih agresif). Distribusi geografis kosmopolitan terutama pada daerah peternakan sapi/biri-biri (Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Afrika bagian Timur). Morfologi Echinococcus granulosus:
·         Ukuran panjang 3-9 mm
·         Scolex : berbentuk globular, rostellum menonjol, dengan 2 deretan hook (30-36 hook), dan 4 sucker yang menonjol
·         3 proglotid
-Proglotid I     : organ seksual imatur
-Proglotid II    : organ reproduktif
-Proglotid III  : proglottid gravid dengan 1 uterus terletak di bagian tengah,                          dengan 12-15 cabang uterus, berisi 500 telur
Life cycle of EchinococcusSiklus hidup Echinococcus granulosus:


 





1.      Echinococcus granulosus dewasa (3-6mm) berada dalam usus kecil host definitif
(anjing atau karnivora lainnya)
2.      Proglotid gravid melepaskan telur yang keluar bersama tinja
3.      Telur tertelan oleh hospes perantara  (domba, kambing, babi, sapi, kuda), telur menetas dalam usus halus dan melepaskan sebuah oncosphere yang menembus dinding usus dan bermigrasi melalui sistem peredaran darah ke berbagai organ, terutama hati dan paru-paru
4.      Dalam organ-organ ini, oncosphere berkembang menjadi kista (hydatid cyst) yang membesar secara bertahap
5.      Hydatid cyst menghasilkan protoscolex, daughter cyst. Definitif host terinfeksi oleh kista yang berasal dari hospes perantara yang terinfeksi
6.       Setelah menelan, protoscolex evaginasi menempel pada mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa (32-80 hari) (McGraw-Hill, 1994: 1057-1058).
3.2.                         Manifestasi klinis
·         Abses Hati
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur, maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem GIT ditandai dengan proses supurasi dengan pembentukan pus, terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel inflamasi, sel darah dalam parenkim hati. Organisme mencapai hati melalui suatu jalur berikut: 1. Infeksi asendens di saluran empedu (kolangitis asendens); 2. Melalui pembuluh darah, baik porta atau arteri; 3. Infeksi langsung ke hati dari sumber disekitar; 4. Luka tembus.
Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu :
·         Abses hati amebic (AHA)
·         Abses hati piogenik (AHP)
AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal, paling sering terjadi di daerah tropis/subtropik. AHA lebih sering terjadi endemic di negara berkembang dibanding AHP. AHA terutama disebabkan oleh E. Histolytica.
AHP dapat terjadi sebagai lesi tunggal atau jamak. Penyebaran bakteri melalui system arteri atau vena porta cenderung menimbulkan abses kecil multiple, sedangkan perluasan langusng dan trauma biasanya menyebabkan abses besar dan tunggal (Kumar dkk, 2013: 684).
Abses Hati yang dialami Tn. A disebabkan oleh infeksi dari Echinococcus granulosus. Hal ini diperkuat oleh hasil biopsi dengan ditemukannya Echinococcus granulosus.
·         Nyeri Perut Kanan Atas
Nyeri dibagi menjadi 3, yaitu nyeri viseral, parietal, dan alih. Nyeri viseral terjadi ketika organ-organ abdomen yang berrongga seperti intestinum atau percabangan bilier melakukan kontraksi kuat secara abnormal. Hepar juga dapat menimbulkan rasa nyeri apabila kapsulnya teregang. Lokasi nyeri viseral mungkin sulit ditentukan. Kualitas dari nyeri viseral ini dapat berupa sakit perut atau rasa mulas, rasa panas seperti terbakar, kram, ataupun rasa pegal bila keluhan ini bertambah parah dapat disertai pucat, mual, muntah, dan perasaan gelisah. Nyeri parietal berasal dari peritoneum parietalis dan disebabkan oleh inflamasi. Nyeri dapat berupa rasa pegal yang menetap dan biasanya lebih hebat dari pada nyeri viseral. Lokasi nyeri parietal lebih tepat di daerah struktur yang sakit. Rasa nyeri ini akan bertambah parah jika pasien tersebut bergerak atau batuk. Nyeri alih dirasakan pada tempat yang lebih jauh dan mendapat inervasi dari medulla spinalis dengan ketinggian atau level yang kurang lebih sama seperti yang menginervasi struktur yang sakit. Nyeri alih sering timbul setelah nyeri awalnya bertambah parah dan terkesan seperti menjalar atau berpindah lokasi. Contoh : nyeri yang berasal dari duodenum atau pankreas beralih ke daerah punggung. Rasa nyeri dari percabangan bilier dapat menjalar ke bahu kanan atau dada posterior kanan (Bickley & Szilagyi, 2003: 328-329). Jadi menurut kami dari kasus ini Tn. A mengalami nyeri visceral pada hepar karena rasa nyeri yang dirasakannya juga bersamaan dengan rasa mual dan terletak pada kuadran kanan atas yang merupakan daerah hepar dan diperkuat dengan adanya ciri-ciri kekuningan ataupun hepatomegali yang memperkuat diagnosis kami.









           


·         Cystic Lesions Liver
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Cystic Lesion Liver merupakan cluster heterogen yang komprehensif berkaitan dengan patogenesis, gejala klinis, temuan diagnostik dan penatalaksanaan terapeutik. Cystic Lesion hepatik terutama tetap asimtomatik dan ditemukan sebagai sebuah kebetulan pada teknik pencitraan perut, seperti ultrasonografi (USG), CT dan MRI. Dalam kebanyakan kasus, Cystic Lesion hati bersifat jinak. Namun, penting untuk membedakan kista jinak dan kista yang berpotensi berbahaya, seperti echinococcosis, cystadenoma dan cystadenocarcinoma, yang membutuhkan pengobatan khusus.
·         Hepatomegali
Hepatomegay merupakan suatu bentuk keadaan patologi yang ditandai dengan membesarnya organ hepar pada manusia di atas normal. Pada umumnya hepatomegali dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·         Degenerasi sel hepatosit
Merupakan suatu kerusakan sel hati akibat gangguan toksik atau imunologis yang dapat menyebabkan sel hati tersebut mengalami pembengkakan atau edematosa (degenerasi balon), dengan sitoplasma irregular bergumpal dan rongga-rongga yang jernih lebar.
·         Peradangan
Serangan terhadap sel hati yang hidup yang mengekspresikan antigen oleh sel T yang telah tersensitisasi merupakan penyebab umum kerusakan hati. Jika hepatosit mengalami kerusakan, makrofag akan dengan cepat menelan sel yang mati, membentuk gumpalan sel radang di parenkim yang normal. Benda asing, organisme, dan berbagai jenis obat mampu memicu reaksi granulomatosa yang akhirnya menyebabkan pembesaran hati.
·         Steatosis Hati karena pengaruh alkohol
Asupan alkohol dalam jumlah berapapun mampu memberikan efek steatosis yang disesuaikan dengan konsumsi alkoholnya. Jika penderita meminum alkohol dalam jumlah yang sedikit maupun sedang dan dilakukan dalam kurun waktu yang cepat (sering) maka proses perlemakan hati juga akan semakin cepat serta semakin banyak lemak yang tertimbun. Ini mungkin menjadi penyebab mengapa penderita mengalami hepatomegali.
·         Adanya neoplasma maupun kista parasit
Neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal sehingga tampak massa jaringan abnormal tumbuh tidak terkoordinir dan terjadi secara terus menerus walaupun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah berhenti. Sedangkan kista parasit disebabkan karena adanya parasit yang tertelan maupun masuk kedalam tubuh manusia dengan cara apapun dan berkembang biak dalam tubuh manusia baik sebagai host definitif maupun intermediet (Kumar dkk, 2013: 665-669). Hal inilah yang menyebabkan hepatomegali pada tuan A.
SGOT/SPGT dalam hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan 105/120 yang pada pada keadaan normal seharusnya 20/35. SGOT/SGPT seseorang akan dianggap abnormal apabila hasil laboratorium menyatakan SGOT/SGPT nya meningkat diatas 2 sampai 3 kali lipat. Maka dari itu jelas bahwa Tn. A mengalami abnormalitasi pada fungsi hati yang ditandai dengan naiknya kadar SGOT/SGPT. Diduga peningkatan yang tidak terlalu tinggi ini hanya disebabkan oleh adanya peradangan pada hepar yang tidak melampaui batas kronis seperti hepatitis atau sirosis hati.
·         Pucat, Skelera kuning, dan Tampak Sakit
Penyakit ikterus yang merupakan tanda-tanda abnormalitas hati Tn. A juga diduga adanya obstruksi yang disebabkan oleh desakan kista echinococcus granulosus pada daerah ductus bilier dan ductus cysticus. Pada umumnya, hem yang teroksidasi menjadi bilirubin diikat dengan serum albumin dan diekskresikan melewati fungsi hati normal. Dalam hal ini bagian hati yang berperan adalah ductus cysticus yang merupakan satu-satunya saluran keluar degradasi bilirubin menuju ke GIT bersama sama dengan cholesterol tubuh yang berlebih. Namun, diduga kista echinococcus menekan ductus ini sehingga sekret yang seharusnya mengalir menuju GIT malah refluks menuju pembuluh darah sekitar. Hal ini dapat menyebabkan juga feses menjadi hipochromatis tidak seperti warna feses yang seharusnya. Di samping itu, warna kuning kecoklatan yang seharusnya dimiliki oleh feses kembali ke aliran darah dan akan mengendap di beberapa daerah jaringan tertentu. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya ikterus atau jaundice yang ditandai dengan sklera mata Tn. A yang menguning, pucat, tampak sakit, dan  urobilin(+) dan bilirubin meningkat menjadi 2,5.
·         Demam
Pada pemeriksaan fisik suhu Tn. A 38oC (demam). Hal ini disebabkan oleh ruptura atau kebocoran dari sebuah Echinococcus granulosus cyst (McGraw-Hill, 1994: 1058).
3.3. Kombinasi Obat-Alkohol
Segala jenis obat pasti memiliki efek samping. Efek samping obat yang muncul pada seseorang belum tentu muncul pada orang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dosis obat yang digunakan, sifat dari kandungan obat, status metabolisme obat, interval kerja obat, distribusi obat, frekuensi pemakaian obat, dan keadaan tubuh seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut. Setiap obat dengan jenis yang berbeda akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda pula di dalam tubuh manusia, tepatnya pada hepar.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan hepar akibat penggunaan obat disebut hepatotoksisitas. Hepatotoksisitas terutama terjadi akibat penggunaan obat yang tidak sesuai dosis yang telah ditetapkan, serta digunakan secara berkala untuk jangka waktu yang lama. Salah satu tanda terjadinya hepatotoksisitas adalah peningkatan kadar enzim hepar di dalam darah, yang dapat diukur melalui tes fungsi hati, yaitu dengan mengukur ALT (SGPT), AST (SGOT), bilirubin, dan alkalin fosfatase. Secara umum, bila SGPT tinggi, namun berada di bawah lima kali di atas BANN atau Batas Atas Nilai Normal (Misalnya, BANN untuk SGPT adalah 30, dan SGPT kita di bawah 150), tandanya penderita mengalami hepatotoksisitas ringan sampai dengan sedang. Serta, apabila SGPT berada di atas 150, tandanya penderita mengalami hepatotoksisitas berat. Peningkatan enzim hepar dalam darah jarang menimbulkan gejala. Jadi penting bagi kita untuk melakukan tes fungsi hati secara berkala. Namun, kadang kala orang dengan hepatotoksisitas berat dapat mengalami gejala yang serupa dengan hepatitis, termasuk kehilangan nafsu makan, mual, muntah, kulit dan sklera mata menjadi kuning, nyeri perut, serta rasa kelelahan yang berlebihan.
Alkohol dapat mengganggu efektivitas obat bagi tubuh Untuk memahami bagaimana alkohol dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, penting untuk secara singkat mengidentifikasi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik yang terjadi antara alkohol dan obat.
Salah satu bentuk interaksi antara alkohol-obat yang melibatkan organ hepar sebagai situs utama terjadinya metabolisme adalah merupakan jenis dari interaksi farmakokinetik (dalam hal ini alkohol mengganggu metabolisme obat). Gangguan ini dapat berupa dua bentuk, sebagai berikut:
·         Penghancuran dan Eksresi obat tertunda, karena obat harus bersaing dengan alkohol untuk diproses sitokrom P450. Proses interaksi tersebut telah dideskripsikan sebagian besar sebagai reaksi metabolisme yang melibatkan CYP2E1, yang juga mungkin melibatkan CYP3A4 dan CYP1A2 (Salmela et al. 1998).
·         Metabolisme obat dipercepat, karena alkohol meningkatkan aktivitas sitokrom memetabolisme obat. Ketika Alkohol tidak hadir bersaing dengan obat untuk memperoleh penanganan sitokrom, sitokrom cenderung meningkatkan rate eliminasi obat.
Mekanisme Interaksi Alkohol-Obat pada tingkatan golongan bukan peminum alkohol, hanya peminum ringan hingga peminum berat yang mabuk serta terintoksikasi, yaitu :
a)      Dengan tidak adanya alkohol dalam tubuh, aktivitas CYP relatif rendah. CYP memecah obat, dan produk yang dihasilkan (yaitu, metabolit) dikeluarkan.
b)      Setelah mengkonsumsi alkohol (moderat), CYP memetabolisme alkohol di samping pengobatan tersebut. Sebagai hasil dari kompetisi untuk CYP antara alkohol danobat, metabolisme obat berkurang serta produksi metabolit berkurang karena penurunan ekskresi, sehingga tingkat obat lebih tinggi dalam tubuh. Selain itu, interaksi antara alkohol dan obat dapat terjadi pada sistem saraf pusat (SSP).
c)      Dalam peminum berat kronis yang mabuk, aktivitas CYP meningkat. Akibatnya, kerusakan obat dimetabolisme oleh peningkatan CYP, dan tingkat metabolit serta ekskresi meningkat, mungkin mengakibatkan tingkat obat cukup dalam tubuh. Selanjutnya, metabolit toksik dapat terakumulasi.
Dalam peminum berat kronis yang terintoksikasi, CYP diaktifkan, namun sebagian besar enzim terlibat dalam metabolisme alkohol. Akibatnya, CYP-dependent metabolisme obat lain berkurang, sehingga level metabolit dan ekskresi menurun.
Selain farmakokinetik, interaksi alkohol-obat juga dapat terjadi secara farmakodinamik, yaitu alkohol mempengaruhi efek obat tanpa mempengaruhi konsentrasi obat dalam darah, tidak melibatkan enzim penghambatan atau aktivasi, melainkan merujuk pada efek aditif dari alkohol dan obat-obatan tertentu. Sering terjadi paling umum dalam sistem saraf pusat (SSP),  misalnya pada obat penenang. Contoh interaksi farmakodinamik yang melibatkan alkohol dan obat-obatan adalah peningkatan risiko kejadian efek samping obat atau peningkatan kerentanan terhadap efek obat. Selain itu, asupan alkohol bisa memainkan peran negatif dalam kondisi penyakit tertentu seperti diabetes mellitus.
Banyak jenis obat yang dapat berinteraksi dengan alkohol, termasuk antibiotik, antidepresan, antihistamin, barbiturat, benzodiazepin, histamin antagonis reseptor H2, muscle relaxants, nonnarcotic pain medications and anti-inflammatory agents, opioids, dan warfarin. Selain itu, banyak over-the-counter juga obat-obatan herbal yang bisa menimbulkan efek negatif ketika diberikan bersamaan dengan alkohol.
Saat Tn.A mengkonsumsi obat, dalam hal ini obat flu, maag, dan diare, sebagian besar dari obat tersebut akan diabsorpsi dengan cepat melalui dinding usus ke dalam pembuluh darah. Namun, ada sekitar 25% obat yang akan langsung diubah oleh hepar menjadi bentuk yang mudah dibuang melalui urin.
Mekanisme kerusakan hati akibat obat-obatan tersebut sesungguhnya disebabkan oleh pernyataan diatas. Dalam dosis yang normal, substansi yang terbentuk tidak berbahaya dan mudah diekskresi. Namun, dalam keadaan overdosis atau konsumsi obat bersamaan dengan zat atau obat lainnya (alkohol) terbentuklah suatu substansi toksik yang dikenal dengan nama N -acetyl-benzoquinoneimine (NAPQI) dalam jumlah berlebih. Substansi inilah yang menjadi penyebab kerusakan hepar. NAPQI yang merupakan metabolit dari hasil metabolisme dan degradasi obat  tadi, akan tersimpan dalam jangka waktu yang panjang di dalam hepar. Dengan sifat toksik yang dimiliki, NAPQI akan mengganggu sel-sel hati yang normal, sehingga sel hati akan terpapar dan rusak, serta mati dan mengalami necrosis. Hal ini menyebabkan kerja hepar dalam melaksanakan proses metabolisme dan degradasi obat dan zat lainnya menjadi terganggu (Weathermon & Crabb, 2007: 42-48).
Dalam skenario ini, Tn. A mengkonsumsi obat apabila merasakan sakit. Jadi, sangat kecil kemungkinan terjadi efek toxic dari obat-obatan tersebut. Konsumsi obat bersama alkohol mungkin terjadi, karena Tn.A sesekali mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hepatotoksisitas dan berakhir pada kerusakan hepar. Konsumsi obat-obatan bersamaan dengan minuman beralkohol memiliki efek yang sama dengan mengkonsumsi obat-obatan dengan dosis 2 kali lebih besar dari yang disarankan karena alkohol dapat melipat gandakan efek dari suatu obat. Namun
Kerusakan hepar ini menyebabkan Tn.A mengalami beberapa kelainan seperti : Sklera menjadi kuning karena proses sekresi cairan empedu yang kurang baik dan terbentuknya endapan-endapan atau sampah toksik (NAPQI) dalam hepar, yang apabila tertimbun terus menerus dapat menyebabkan hepar meradang.
3.4.                         Tata Laksana
1.      Terapi
Terapi untuk echinococcosis dilakukan berdasarkan pertimbangan ukuran, lokasi, serta manifestasi kista dan kesehatan pasien secara menyeluruh.
-        Pembedahan, membuang cyst
-        Albendazole dosis: 400mg 2x sehari selama 28 hari dan diulang 1 hingga 8 kali dengan interval waktu tanpa obat 2-3minggu
-        Mebendazole dosis: 40mg / kg berat badan 3x sehari selama 3-6 bulan
-        Jika Alergi diberi antihistamine dan epinephrine
Terapi yang paling baik untuk Tn. A ialah tindakan bedah dengan melakukan eksisi Echinococcus granulosus cyst. Hal ini memungkinkan penderita dapat hidup bertahun-tahun.  (McGraw-Hill, 1994: 105800.
2.      Pencegahan
-        Pemberian prazikuantel kepada anjing yang terinfeksi dan menjaga agar anjing tidak masuk ke tempat pemotongan hewan atau memakan sisa-sisa pemotongan hewan yang terinfeksi
-        Mencuci tangan
-        Memasak sayur-sayuran, air, dan daging hingga matang
-        Melakukan penyuluhan kesehatan untuk mencegah penyebaran penyakit
3.5.                         Prognosis
Hasil untuk echinococcosis tergantung pada lokasi kista dan spesies penyebab. Jika kista sudah pecah dan melepaskan isinya, maka prognosisnya menjadi buruk. Pada pasien yang merespon obat dengan baik hasilnya  baik, tetapi bagi mereka yang tidak diobati angka kematian mendekati 15%.
Prognosis baik jika TnA baik jika dilakukan pembedahan untuk mebuang kista. Pembedahan menurunkan angka kematian secara signifikan dan penderita dapat hidup bertahun-tahun. Namun 25% dari penderita mungkin ada tingkat kekambuhan setelah operasi pengangkatan kista.
3.6.                         Diagnosis Banding
·         Hepatitis Akut
Pengertian hepatitis adalah proses peradangan jaringan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh:
1.      Infeksi
a.       Virus
Virus spesifil hati (A, B, C, D, dan E) terbanyak, sedangkan virus F, G, H, TT  masih sedang diteliti.
b.      Bakteri
c.       Parasit (Malaria)
Dugaaan hepatitis akut yang disebabkan infeksi baik virus tidak tepat karena hasil pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya virus dan bakteri. Hasil biopsi dengan ditemukannya suatu parasit yang menyebabkan abses hati sempat memperkuat diagnosa banding, tetapi parasit yang ditemukan bukan penyebab malaria. Parasit yang ditemukan adalah Echinococcus granulosus.
2.      Non-Infeksi
a.       Obat-obatan
b.      Bahan beracun
c.       Alkohol
d.      Akibat penyakit lain
Pada anamnesis dikatan bahwa Tn. A sesekali minum alkohol tentu saja hal ini tidak memengaruhi fungsi kerja hati karena masih dibawah ambang batas alkohol yang diserap oleh tubuh.
Gejala dan tanda hepatitis akut yang menyerupai dengan keluhan dan hasil pemeriksaan Tn. A, yaitu
·         Rasa lemah badan, panas, mual, dan perut kanan terasa nyeri
·         Skelera kuning dan hepatomegali ringan yang nyeri tekan
·         Kadar SGOT dan SGPT. Umumnya, kadar SGPT lebih tinggi daripada SGOT
·         Kerusakan terbesar terjadi pada hati
















                                                                  
4.      Ringkasan
Tn. A mengalami Echinococcosis yang disebabkan oleh infeksi stadium larva Echinococcus granulosus. Daur hidup Echinococcus granulosus: Echinococcus granulosus dewasa berada dalam usus kecil host definitif, proglotid gravid melepaskan telur yang keluar bersama tinja, telur tertelan oleh hospes perantara, telur menetas di usus halus dan melepaskan sebuah oncosphere yang menembus dinding usus dan bermigrasi melalui sistem peredaran darah ke berbagai organ, terutama hati dan paru-paru, dalam organ-organ ini, oncosphere berkembang menjadi kista (hydatid cyst) yang membesar secara bertahap, hydatid cyst menghasilkan protoscolex, daughter cyst, definitif host terinfeksi oleh kista yang berasal dari hospes perantara yang terinfeksi, Setelah menelan, protoscolex evaginasi menempel pada mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa.
Manifestasi klinis dari echinococcosis ialah Abses Hati yang dialami Tn. A disebabkan oleh infeksi dari Echinococcus granulosus, nyeri perut kanan atas Tn. A merupakan nyeri visceral pada hepar karena rasa nyeri yang dirasakannya juga bersamaan dengan rasa mual dan terletak pada kuadran kanan atas yang merupakan daerah hepar. Cystic Lesion Liver merupakan cluster heterogen yang komprehensif berkaitan dengan patogenesis, gejala klinis, temuan diagnostik dan penatalaksanaan terapeutik. Hepatomegali disebabkan oleh Echinococcus granulosus cyst. Sklera mata Tn. A yang menguning, pucat, tampak sakit, dan urobilin(+) serta bilirubin 2,5 disebabkan Echinococcus granulosus cyst menekan ductus ini sehingga sekret yang seharusnya mengalir menuju GIT malah refluks menuju pembuluh darah sekitar. Demam disebabkan oleh ruptura atau kebocoran dari sebuah Echinococcus granulosus cyst.
Terapi yang paling baik untuk Tn. A ialah tindakan bedah dengan melakukan eksisi Echinococcus granulosus cyst. Pencegahan untuk Tn. A mencuci tangan ,memasak sayur-sayuran, air, dan daging hingga matang.
Hal-hal yang mengeliminiser diagnosis hepatitis ialah alkohol tidak memengaruhi fungsi kerja hati karena masih dibawah ambang batas alkohol yang diserap oleh tubuh. Selain itu, tidak ditemukannya virus, bakteri, dan parasit(yang menyebabkan malaria).