ASI EKSKLUSIF
1.
Latar Belakang
Kondisi Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan
Balita di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar
44 kematian/1000 kelahiran hidup, hampir sebanyak 70% kematian balita saat ini
disebabkan oleh malnutrisi, pneumonia, campak, diare, malaria, dan lain-lain.
Keadaan ini menunjukan bahwa penyakit infeksi masih menjadi penyebab kematian
utama pada balita padahal hampir setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia
dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit
tersebut dengan pemberian ASI eksklusif, akan tetapi kurang dari satu dari tiga
bayi di bawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak
usia 6-23 bulan menerima makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan
praktek-praktek yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi dan
kualitas. Di Indonesia sendiri pemberian
ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat
dari 10,3% menjadi 32,5% hal tersebut dikarenkan rendahnya kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga
dan masyarakat, akan pentingnya ASI daripada pemberian susu formula yang dapat meningkatkan resiko terjadinya asma, alergi, serta menurunkan persentase kematian hingga 13 %.
UNICEF dan WHO
merekomendasikan pemberiam ASI eksklusif sampai berumur 6 bulan. ASI eksklusif
dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur
tersebut. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi
bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.
Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak daripada dari susu
matang (matur).
2.
Defenisi ASI
Asi
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan
bayinya. Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI
saja sampai umur 6 bulan tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit).
Asi merupakan makanan terbaik dan telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung
protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh sehingga ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi.
Selain itu, ASI juga mengandung semua jenis asam lemak yang penting bagi
pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat, zat besi yang dapat
mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang kaya antibodi.
ASI
dapat dibagi menurut stadium laktasi:
a.
Kolostrum
Kolostrum merupakan
cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara dan disekresi dari hari
pertama sampai hari ketiga atau keempat. Cairan yang keluar kental berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dikuning dibandingkan dengan susu yang matur.
Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus
bayi yang baru lahir serta untuk mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi
bagi makanan yang akan datang. Kolostrum mengandung protein lebih banyak
dibandingkan ASI yang matur, khusunya protein yang utama adalah globulin (gamma
globulin). Selain itu kolostrum mengandung antibodi, natrium, kalium, klorida,
vitamin larut lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan ASI yang matur.
Kolostrum bila dipanaskan akan
menggumpal sedangkan ASI matur. Di dalam kolostrum terkandung pula
tripsin inhibitor yang menghambat hidrolisis protein dalam usus bayi sehingga
akan menambah kadar antibodi pada bayi. Volume kolostrum berkisar antara
150-300 ml/24 jam.
b.
Air
susu peralihan
ASI peralihan dari
kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI peralihan disekresi dari hari ke-4
sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Kadar protein akan menurun sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak akan meningkat. Volume juga akan makin meningkat.
c.
Air
susu matur
Air susu matur disekresi
pada hari ke-10 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. ASI ini
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
umur 6 bulan. ASI berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari
garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat didalamnya. ASI tidak
akan menggumpal jika dipanaskan.
3.
Fisiologi Laktasi
Laktasi
atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin)
Pembentukan payudara
dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen, progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk
produksi ASI.
Selama
kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1.
Refleks
Prolaktin, Akhir kehamilan hormon
prolaktin
memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron
yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron
juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada
ibu menyusui akan
menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui,
kadar prolaktin akan
menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3, sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
2.
Refleks
Aliran (Let Down Reflek), Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh
hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus
masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down, yaitu melihat bayi, mendengarkan suarabayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,
takut dan cemas.
b.
Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga
keluar hormon oksitosin. Hal
ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
4.
Manfaat ASI
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat
dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek
kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
a.
Aspek Gizi
-
Manfaat kolostrum
1. Kolostrum
mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi terutama diare
2. Jumlah
kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
3. Kolostrum
mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
4. Membantu
mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
-
Komposisi ASI
1. ASI mudah
dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut
2. ASI
mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak
3. Selain
mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih banyak
yaitu 65:35. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whei : Casein adalah 20 : 80
sehingga tidak mudah diserap
-
Komposisi Taurin,
DHA, dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis
asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan
bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh
dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).
b.
Aspek imunologik
-
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan
bebas kontaminasi
-
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau
ASI kadarnya cukup tinggi.Sekretori
Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan
-
Laktoferin yaitu
sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan
-
Lysosim,
enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak daripada susu sapi
-
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu
pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT)
antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu
-
Faktor bifidus,
sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan
-
Faktor Kekebalan Spesifik
Sistem Komplemen
|
Merupakan sistem yang terdiri atas komponen yang
akan diaktifkan oleh kompleks antigen dan antibodinya. Sistem komplemen ini
akan dibantu oleh Ig A yang akan mengaktifkan sistem komplemen melalui jalan
samping oleh endotoksin kuman.
|
Khasiat seluler
|
Sel yang terkandung berupa makrofag (sampai 90%),
limfosit (1-15%), dan sedikit leukosit polimorfonuklear. Makrofag akan
bergerak bebas dan fagositik terhadap kuman staphylococcus, E.Coli, dan
Candida albicans. Limfosit seperti sel-T dan sel-B dalam darah, namun sel-T
dalam asi mempunyai peranan terhadap antigen seperti E.Coli, tuberkulosis
yang sangat besar, sedangkan tetanus rendah.
|
Immuno-globulin
|
Ada berbagai immunoglobulin yang berhasil ditemukan
dalam ASI, seperti IgA sekretori untuk E.Coli, 6 grup Salmonella, 2 grup
salmonella, dan sebagainya, IgM dan IgG, serta IgD.
|
c.
Aspek Psikologik
-
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa
ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi
-
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan
perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut
-
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan
kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit
(skin to skin contact)
d.
Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi
ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
e.
Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf
menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih
sempurna.
f.
Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
sampai bayi berumur 6 bulan.
g.
Aspek Penundaan
Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat
menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
5.
Produksi ASI
Pada bulan terakhir
kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Pada kondisi
normal, hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan
sekitar 50-100ml sehari jumlahnya akan meningkat hingga 500ml pada minggu
kedua. Produksi ASI semakin efektif dan meningkat pada 10-14 hari setelah
melahirkan dan berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yang sehat
mengkonsumsi ASI sebanyak 700-800ml/hari. Setelah memasuki masa 6 bulan, volume
pengeluaran air susu mulai menurun, sehingga sejak saat itu kebutuhan gizi
tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI dan harus mendapatkan makanan tambahan.
6.
Faktor yang
Mempengaruhi ASI
a.
Makanan Ibu
Makanan yang dimakan
seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu
ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
b.
Kondisi Psikologis
Ibu
Produksi
ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis dari ibu. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
c.
Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara
menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6
minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat
penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI
akan keluar dengan lancar.
7.
Pola Menyusui
a.
Menyusui Eksklusif adalah tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih selain menyusui (kecuali
obat-obatan, vitamin, mineral tetes, dan ASI perah juga diperbolehkan)
b.
Menyusui Predominan adalah menyusui
tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air
c.
Menyusui Parsial adalah menyusui bayi
serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formul, bubur atau makanan
lainnya sebelum bayi berumur 6 bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun
diberikan sebagai makanan prelakteal,
8.
Cara Menyusui serta
Posisi dan Perlekatan Menyusui Bayi yang Benar
Cara Menyusui yang
Benar
-
Susui bayi sesering mungkin, paling sedikit 8 kali
sehari
-
Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan kemudian
susui
-
Susui sampai payudara terasa kosong lalu pindah ke
payudara sisi yang lain
-
Bila bayu sudah kenyang, tapi payudara masih terasa
penuh/kencang perlu dikosongkan dengan diperah untuk disimpan. Hal ini agar
payudara tetap memproduksi ASI yang cukup
Posisi dan Perlekatan Menyusui Bayi yang Benar
-
Pastikan posisi ibu ada dalam posisi yang nyaman
-
Kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus
-
Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan
dengan putting
-
Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya
-
Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh
badan bayi
-
Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi
-
Mulut terbuka lebar
-
Bibir bawah melengkung keluar
-
Dagu menyentuh payudara ibu
9.
Tanda Bayi Menghisap
dengan Efektif
-
Menghisap secara mendalam dan teratur
-
Kadang diselingi istirahat
-
Hanya terdengar suara menelan
-
Tidak terdengar suara mengecap
10.
Tanda Bayi Selesai
Menyusu
-
Bayi melepas payudara secara spontan
-
Bayi tampak tenang dan mengantuk
-
Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI
11.
Tanda Bayi Mendapat
ASI Cukup
-
Buang air kecil bayi sebanyak 6 kali sehari
-
Buang air besar bayi berwarna kekuningan
-
Bayi tampak puas setelah minum ASI
-
Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu
(biasanya sebanyak 10-12 kali/24 jam)
-
Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
-
Berat badan bayi bertambah
12.
Anjuran untuk
Meningkatkan Produksi ASI
-
Menyusui dengan cara-cara yang benar
-
Menyusui bayi setiap 2 jam
-
Bayi menyusui dengan posisi menempel secera baik dan
terdapat suara menelan aktif
-
Menyusui di tempat yang tenang dan nyaman
-
Minum setiap kali menyusui
-
Tidur bersebelahan dengan bayi
13.
Penyimpanan ASI Perah
(ASIP)
Tempat Penyimpanan
|
Suhu
|
Lama Penyimpanan
|
Dalam ruangan (ASIP segar)
|
19oC s.d 26oC
|
6-8 jam ruang ber AC dan 4 jam ruang non AC
|
Dalam ruangan (ASIP beku) 4 jam yang sudah dicairkan
|
4 jam
|
|
Kulkas
|
<4oC
|
2-3 hari
|
Freezer pada lemari es 1 pintu
|
-18oC s.d 0oC
|
2 minggu
|
Freezer pada lemari es 2 pintu
|
-20oC s.d -18oC
|
3-4 bulan
|
14.
Faktor
yang Mempengaruhi Kegagalan
Pemberian ASI
a.
Faktor Internal
-
Pengetahuan Orang Tua
Rendahnya pengetahuan
orang tua mengenai pentingnya ASI menyebabkan banyak memberikan MPASI < 6
bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan
tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak yang
beranggapan ini benar. Kadang anak yang menangis terus menerus dianggap sebagai
anak yang tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang
kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah.
-
Pekerjaan Ibu
Beberapa wanita karier
mempunyai kecemasan yaitu bahwa memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai
6 bulan akan mempengaruhi kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan
mungkin akan merusak prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah
besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi
para wanita yang menghadapinya.
-
Penyakit yang
Diderita Ibu
Pilihan untuk menyusui
tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak bisa atau tidak boleh
menyusui bayi mereka. Beberapa faktor yang paling sering bisa mencegah atau
menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk: Penyakit serius seperti gagal
jantung atau gagal ginjal, atau anemia yang parah atau kekurangan berat badan
yang ekstrem meskipun beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui
bayinya. Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak
dirawat (setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk
sementara waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan
air susu sudah ada ketika tindakan menyusui dimulai.
b.
Faktor Eksternal
-
Promosi Susu Formula
Adanya promosi susu
formula juga bisa menjadi kemungkinan gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI. Promosi
bisa berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu
formula, ataupun dari iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik
-
Penolong Persalinan
Sikap penaggung jawab
ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit yang berlangsung memberikan susu
botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu
memberikan ASI kepada bayinya dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI.
15.
Edukasi Pada Orang Tua
-
Memberikan informasi bahwa ASI eksklusif diberikan
hingga umur 6 bulan dan jika memungkinkan diteruskan dengan pemberian ASI
tambahan hingga berumur 2 tahun
-
Kekerapan dan lama menyusui dengan ASI tidak dibatasi
-
Hindari penggunaan dot bayi
-
Mengedukasi cari pemberian ASI yang dipompa dengan
menggunakan cangkir atau selang nasogastrik bila bayi tidak mampu mnyusui atau
jika tidak bis bersama bayi sepanjang waktu
-
Mengeduskasi cara perawatan payudara dan pentingnya
higienitas
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kementerian Kesehatan RI.
Infodatin Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014. p. 1. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf.
2.
Kementerian Kesehatan RI.
Infodatin Mari Dukung Menyusui dan Bekerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ASI.pdf.
3. Wattimena
Inge, Yesiana Dwi W. Werdani. Manajemen Laktasi dan Kesejahteraan Ibu Menyusui.
Surabaya: Jurnal Psikologi volume 42, no. 3 Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. 2015. p. 231 – 242.
4. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.
Jakarta: EGC; 2009. p. 10-34.
5. Kementerian
Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013. p. 58-60. Diakses dari http://www.searo.who.int/indonesia/documents/976-602-235-265-5-buku-saku-pelayanan-kesehatan-ibu.pdf?ua=1.
6. Kementerian
Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
2016. p. 14-16. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/MASTER%20BUKU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf
7. Saleha.
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: 2009; Salemba
Medika. p.11-18.
8. Prasetyono. Buku Pintar
ASI Eksklusif, Pengenalan, Praktik Dan Kemanfaatannya. Yogyakarta: 2009;
Penerbit Diva Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar